Hai, kami hadir dengan lebih segar!

Pendidikan
Trending

“Masih Tepatkah Istilah “Guru Tanpa Tanda Jasa” di Era Sekarang?”Dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional

Suaraaspirasi.id – Setiap tanggal 25 November, bangsa ini kembali menundukkan kepala sejenak untuk memberi hormat kepada para pendidik dalam peringatan Hari Guru Nasional. Dalam momentum ini, istilah “guru tanpa tanda jasa” kembali bergema di ruang publik: tertera pada baliho, dilantunkan dalam pidato, dan menjadi ungkapan rasa terima kasih kepada para pengabdi pendidikan. Namun, pertanyaannya: masih tepatkah istilah tersebut digunakan pada masa sekarang?

Secara historis, ungkapan “guru tanpa tanda jasa” lahir sebagai bentuk penghormatan moral. Istilah ini ingin menunjukkan bahwa guru bekerja dengan ketulusan, tidak sekadar mengejar materi, tetapi menanamkan nilai, karakter, dan kecerdasan pada generasi masa depan. Dalam konteks simbolis semata, frasa ini memang mengandung kehangatan. Ia mencerminkan penghargaan mendalam atas dedikasi guru yang sering bekerja melebihi jam formal, menggunakan dana pribadi untuk keperluan siswa, dan memberikan hati sepenuhnya kepada pendidikan.
Namun, dunia pendidikan telah berubah. Pekerjaan guru kini bukan lagi dipandang sebagai pengabdian moral semata, melainkan profesi yang menuntut kompetensi tinggi. Guru harus melalui jenjang pendidikan khusus, sertifikasi, pelatihan berkelanjutan, penilaian kinerja, dan beban administrasi yang tidak ringan. Mereka bekerja dalam konteks global yang menuntut adaptasi teknologi, inovasi pembelajaran, serta tanggung jawab besar dalam membentuk karakter generasi digital.

Dalam realitas seperti ini, apakah tepat jika profesi yang sangat strategis ini masih disandarkan pada romantisme “tanpa tanda jasa”? Bukankah frasa tersebut, jika dipahami secara harfiah, justru berisiko mengaburkan hak-hak profesional guru? Ada guru honorer yang gajinya tak layak, ada yang berjuang di sekolah terpencil dengan sarana minim, dan ada pula guru yang harus mengorbankan waktu keluarga demi administrasi yang menumpuk. Ketika kesejahteraan belum sepenuhnya setara dengan beban kerja, ungkapan “tanpa tanda jasa” bisa menjadi semacam retorika yang manis namun tidak memberi perubahan nyata.

Momentum Hari Guru seharusnya menjadi ruang refleksi untuk menggeser cara pandang. Guru bukan lagi sosok sunyi yang bekerja tanpa penghargaan, melainkan profesional yang berhak atas tanda jasa yang jelas dan terukur—baik berupa apresiasi moral maupun kesejahteraan material. Bukankah bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai gurunya? Dan penghargaan itu tidak cukup hanya lewat pujian, tetapi juga melalui kebijakan, perlindungan, dan kesejahteraan yang setimpal.

Bukan berarti istilah tersebut harus dihapus. Tidak. Ungkapan “guru tanpa tanda jasa” tetap memiliki nilai emosional dan historis. Namun, kita perlu mereinterpretasi maknanya. Ia bukan berarti guru tidak perlu diberi tanda jasa, melainkan bahwa jasa mereka terlalu besar untuk diukur hanya dengan materi. Mereka bekerja untuk membentuk manusia, bukan sekadar menyelesaikan kurikulum. Mereka hadir bukan hanya sebagai pengajar, tetapi sebagai pendamping, teladan, dan inspirator hidup. Jasa mereka melampaui angka—tetapi bukan berarti tidak perlu dihargai.
Dalam semangat Hari Guru, mari kita mulai menggunakan bahasa yang lebih proporsional:

Guru sebagai pendidik profesional, arsitek peradaban, pembangun karakter bangsa, atau pahlawan berkompetensi. Bukan untuk menggantikan istilah lama, tetapi untuk menegaskan bahwa guru bukan hanya mengabdi, melainkan juga layak memperoleh dukungan profesional yang kokoh.

Pada akhirnya, yang paling dibutuhkan guru bukan sekadar pujian, tetapi penghargaan nyata. Kenaikan kualitas pelatihan, pemenuhan hak, lingkungan kerja yang aman, serta kesempatan berkembang adalah bentuk tanda jasa yang sesungguhnya. Itulah cara bangsa berterima kasih dengan hormat yang tulus, bukan retorika belaka.

Hari Guru bukan sekadar perayaan, tetapi pengingat bahwa masa depan Indonesia sedang dibentuk oleh tangan-tangan para pendidik di ruang kelas. Maka, mari kita pastikan bahwa jasa mereka tidak hanya dikenang, tetapi juga dihargai dengan sepenuhnya.
Selamat Hari Guru.
Terima kasih untuk semua cahaya yang tidak pernah padam.

Suaraaspirasi.id