
Palembang, Suaraaspirasi.id – Perihal kegaduhan yang terjadi pasca tragedi Rendang di Palembang. Berawal dari penyelenggaraan buka bersama oleh Influencer Willi Salim berujung petaka bagi masyarakat se-Sumatera Selatan. Tokoh se-Palembang hangat baik yang berkiprah di pusat sebagai publik figur dari kalangan Artis, Selebritis sampai Ustadz, juga mereka yang menjabat di daerah baik gubernur, walikota (Palembang), tidak terkecual masyarakat adat yang diwakili Lembaga Adat Palembang.
Surat ini tertuju kepada semua pihak tersebut di atas, pembaca surat sampai masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Dilatarbelakangi rasa kepedulian serta panggilan akan kontribusi dan peran positif terhadap persoalan tersebut. Mengingat terdapat usaha besar dari berbagai pihak untuk mempertahankan citra baik masyarakat Sumatera Selatan dengan promosi berbagai berbentuk budaya dan pariwisata. Menghindari akibat kontraproduktif sebagai akibat dari tragedi tersebut dibatas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara surat ini ditulis.
Secara khusus kepada dewan Adat yang memangku amanah dalam menjaga citra positif masyarakat, telah mengeluarkan maklumat keras berupa larangan bagi sang Youtuber sampai mengeluarkan fatwa haram kepadanya untuk mengunjungi Palembang yang tentu bukan suatu permainan atau olah kata tanpa makna dan mengandung pertanggungjawaban yang berat. “Waduhhh!” “Bagaimana caranya, mau tumbuh sebagai masyarakat sehat jika terdapat sumpah serapah bernada laknat?!”
Solusi
Langkah permintaan maaf oleh Wali Kota Palembang dengan berbagai alasannya nyatanya dinilai janggal atau aneh oleh sebagian masyarakat. Dituding bersalah dan terdapat nada kebencian oleh masyarakatnya malah dibalas “maaf!” oleh pemimpin yang dapat menimbulkan persepsi politis dan kentara perlawanan bagi tumbuh kembang anak muda khususnya dalam rangka menyongsong era disebut Palembang Emas yang dibangga-banggakan tersebut.
Melalui kesempatan ulasan kali ini setelah sebelumnya artikel senda pelulis ungkapkan analisis, penulis mengingatkan untuk para pemangku kebijakan atau mereka yang berwenang, untuk memberi penghargaan bagi mereka yang telah berkontribusi dalam tumbuh kembang kota Palembang atau Provinsi Sumatera Selatan secara lebih luas. Pemberian apresiasi sebagai jalan membuka ruang prestasi dan memberi kesempatan berkembang serta sekali lagi bukan ancaman yang dikedepankan.
Terhadap langkah tersebut dalam mengkounter persoalan serta meminimalisir akibat buruk yang dapat ditimbulkan bahkan menjawab tantangan berbagai pandangan seperti ideologi, paham dan ajaran pernah diterapkan oleh banyak kelompok masyarakat yang tentunya didukung oleh pemerintah. Suatu paham dalam disiasati magar tidak hanya dibendung, namun juga diolah menjadi hal positif. Seperti pemberian penghargaan bagi da’i yang dinilai memiliki semangat dalam mengajarkan kemurnian agama oleh suatu negara bagian di Malaysia.
Maka terhadap sikap influencer tersebut, keluar dari persoalan yang diakibatkan bisa melalui penghargaan terhadap Influencer berbagai kategorinya. Bentuknya bisa berupa dalam koordinasi tertentu, seperti terkontroversi, paling banyak pengaruh positif atau paling banyak pengikut. Bukan angkara murka dan sikap ramai-ramai menjadi tidak dewasa yang mengemuka, nuansa karya yang tentunya lebih bernilai dan berharga bagi semua pihak.
Sekali lagi, menjadi bijak adalah pilihan bagi mereka yang berwatak dewasa dan siap sedia dengan menyambut peraban sesungguhnya. Slogan kemajuan dengan nuansa kebaikan akan didukung tentu oleh se-siapa saja dengan niat teguh dan usaha dengan citra yang tentunya akan membaik secara begitu saja beriring dengannya.
Terakhir, harapan terhadap kegaduhan segera mereda, “bisik-bisik tetangga” mengganggu dalam berbagai forum dan kesempatan yang ada tersebut justru menjadi momentum muhasabah sosial serta masa depan Sumatera Selatan yang lebih baik dan menjadi beradab serta Palembang Emas sebagai agenda dan cita-cita dapat terwujud melalui komitmen bersama. Penulis pribadi siap membersamai perjalanan menuju kebijaksanaan tersebut.